BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kemajuan ilmu pegetahuan
yang semakin pesat pada dewasa ini terutama dalam bidang teknologi menjadi
menurunnya penggunaan tenaga kerja manusia dalam pekerjaan. Sekalipun demikian
tenaga manusia tetap memegang peranan yang cukup penting walupun betapa sempurnanya
peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam dunia kerja sebagai alat untuk
mempermudah pekerjaan namun tetap dibutuhkan tenaga manusia sebagai penggerak
dari alat-alat tersebut.
Sumber daya manusia yang
digunakan organisasi perlu dilakukan penilaian terhadap prestasi yang
dicapainya karena organisasi yang sehat sangat memerlukan penilaian prestasi
kerja pegawai, prestasi yang dicapai seorang pegawai ataupun kelompok dalam
organisasi menunjukkan keberhasilan seseorang atau kelompok dalam mencapai
hasil yang maksimal. Prestai kerja adalah Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya.
Penilaian prestasi kerja
merupakan langkah yang perlu dilakukan karena dengan cara ini organisasi dapat
mengetahui sejauh mana pencapain kinerja karyawan tersebut. Dengan penilaian
prestasi kerja maka organisasi dapat mengetahui seberapa mampu karyawan
mengerjakan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian
organisasi dapat menentukan balas jasa yang layak bagi karyawan tersebut.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi yang memungkinkan pegawai meningkatkan prestasi
kerjanya, faktor tersebut dapat dilihat dari segi finansial dan kondisi kerja
pegawai dan berbagai hal-hal lain yang sangat berpegaruh terhadap peningkatan
prestasi kerja pegawai.
B.
Perumusan
masalah
Adapun
beberapa perumusan masalah dalam pengkajian makalah ini yaitu :
1.
Apa
yang dimaksud dengan prestasi kerja?
2.
Apa
yang dimaksud kepuasan kerja?
3.
Bagaimana
hubungan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja?
C.
Tujuan
Adapun
beberapa tujuan dalam pengkajian makalah ini yaitu :
1.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan prestasi kerja
2.
Untuk
mengetahui yang dimaksud kepuasan kerja
3.
Untuk
mengetahui hubungan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja
PEMBAHASAN
A.
Prestasi
Kerja
1.
Pengertian
prestasi kerja
Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara (2002:67),
prestasi kerja adalah “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Senada dengan pendapat Anwar maka Suyadi Prawiro Sentono (1999:2) berpendapat kinerja atau prestasi kerja adalah “Performance (kinerja) adalah hasil
kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”. Menurut Moenir (2005:148), prestasi kerja adalah “Suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang
karyawan, melalui totalitas kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan
perusahaan atau organisasi.
2.
Penilaian
Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi kerja ini pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna
mengembangkan suatu perusahaan secara efektif dan efisien. Penilaian prestasi
kerja juga memungkinkan para karyawan untuk mengetahui bagaimana prestasi kerja
mereka, dan sejauh mana hasil kerja mereka dinilai oleh atasan. Kegiatan
penilaian ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberi
umpan balik kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja mereka. Hal ini akan dapat
memotivasi mereka untuk kemajuan-kemajuan mereka dimasa yang akan datang.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka pelaksanaan Penilaian prestasi di dalam suatu
organisasi sangatlah penting. Karena dengan penilaian prestasi pihak manajemen dapat mengetahui tindakan-tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan mengembangkan karyawannya, sesuai
dengan potensi dan keterampilan dari karyawan tersebut.
pengertian
tentang Penilaian prestasi menurut beberapa para ahli, disini dikemukakan
beberapa pendapat, menurut Edwin B. Flippo (Flippo, 1996:84) penilaian prestasi
kerja didefinisikan sebagai berikut “Performance appraisal is that it provides
information of great assistance in making and enforcing decisions about such as
promotion, pay increases, layoff and transfer.” (Penilaian prestasi kerja
adalah sebagai penyedia informasi yang sangat membantu dalam membuat dan
menerapkan keputusan-keputusan seperti promosi jabatan, peningkatan gaji,
pemutusan hubungan kerja dan transfer.) Sedangkan menurut T.Hani Handoko
(Handoko, 1995:135) yaitu “Penilaian prestasi adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Dimana
kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.”
Pengertian penilaian prestasi kerja menurut Lloyd L. Byars, adalah “Performance appraisal is a process of determining and communicating to an employee how he or she is performing on the job, and ideally, establishing a plan of improvement.” (penilaian prestasi kerja karyawan adalah proses untuk menentukan dan mengkomunikasikan kepada karyawan tentang bagaimana performanya dalam melakukan pekerjaannya dan idealnya, membuat rencana untuk membangun kariernya)
Pengertian penilaian prestasi kerja menurut Lloyd L. Byars, adalah “Performance appraisal is a process of determining and communicating to an employee how he or she is performing on the job, and ideally, establishing a plan of improvement.” (penilaian prestasi kerja karyawan adalah proses untuk menentukan dan mengkomunikasikan kepada karyawan tentang bagaimana performanya dalam melakukan pekerjaannya dan idealnya, membuat rencana untuk membangun kariernya)
Sesuai
dengan sejumlah definisi di atas, maka pengertian penilaian prestasi kerja
karyawan dapat di simpulkan sebagai berikut :
Þ
Pelaksanaan penilaian prestasi kerja karyawan
sangat penting dilakukan untuk membantu pihak manajemen di dalam mengambil
keputusan mengenai pemberian bonus, kenaikan jabatan, kenaikan upah, pemindahan
maupun pemutusan hubungan kerja karyawan.
Þ
Penilaian prestasi kerja juga memberikan
informasi kepada karyawan tentang hasil kerja dan kualitas pekerjaannya,
sehingga menjadi indikator untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang dan
juga bagi pengembangan kariernya.
3.
Aspek-aspek
prestasi kerja yang perlu dinilai adalah sebagai berikut :
Þ
Kuantitas Kerja
Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu
kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat
pekerjaan dapat diselesaikan.
Þ
Kualitas kerja
Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar
yang ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan,
kebersihan hasil kerja.
Þ
Keandalan
Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan memenuhi atau mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan kerjasama
Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan memenuhi atau mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan kerjasama
Þ
Inisiatif
Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan.
Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan.
Þ
Kerajinan
Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang bersifat rutin.
Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang bersifat rutin.
Þ
Sikap
Perilaku karyawan terhadap perusahaan atau atasan atau teman kerja.
Perilaku karyawan terhadap perusahaan atau atasan atau teman kerja.
Þ
Kehadiran
Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu/jam kerja yang telah ditentukan.
Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu/jam kerja yang telah ditentukan.
4.
Kegunaan Penilaian
Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi kerja dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Oleh karena itu
kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut:
« Perbaikan
Prestasi Kerja
Umpan balik pelaksanaan
kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat
membetulkan kegiatan-kegiatan mereka.
« Penyesuaian-Penyesuaian
Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja
membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian
bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
« Keputusan-Keputusan
Penempatan
Promosi, transfer dan
demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya.
Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.
« Kebutuhan-Kebutuhan
Latihan dan Pengembangan
Prestasi kerja yang jelek
mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik
mungkin mencerminkan potensi yang harus di kembangkan.
« Perencanaan
dan Pengembangan Karier
Umpan balik prestasi kerja
mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur karier tertentu
yang harus diteliti
« Penyimpangan-Penyimpangan
Proses Staffing
Prestasi kerja yang baik
atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen
personalia
« Ketidak-akuratan
Informasional
Prestasi kerja yang jelek
mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan,
rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen lain sistem
informasi manajemen personalia. Akibatnya keputusan-keputusan yang diambil
menjadi tidak tepat.
« Kesalahan-Kesalahan
Desain Pekejaan
Prestasi kerja yang jelek
mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian
prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
« Kesempatan
Kerja yang Adil
Penilaian prestasi kerja
secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil
tanpa diskriminasi.
« Tantangan-Tantangan
Eksternal
Kadang-kadang prestasi
kerja dipengaruhi oleh faktor di luar lingkungan kerja seperti keluarga,
kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi lainnya.
5.
Metode
penilaian prestasi kerja
Terdapat
beberapa metode penilaian prestasi kerja. Dalam menilai prestasi kerja
karyawannya, suatu perusahaan dapat menggunakan beberapa metode, tergantung
pada keadaan perusahaan tersebut. Menurut Handoko (2000), metode penilaian
prestasi kerja terbagi dalam 2 metode yaitu:
1.
Metode-metode
penilaian berorientasi pada masa lalu
Metode-metode penilaian berorientasi pada
masa lalu terdiri dari:
ü Skala
Rata-Rata (Rating scale)
Pada
metode ini, evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja
pegawai dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi.
ü Checklist
Metode
penilaian ini dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai. Penilai tinggal
memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan prestasi kerja dan
karakteristik pegawai.
ü Metode
Peristiwa Krisis
Pada
metode ini didasarkan pada catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku
pegawai sangat baik atau sangat buruk dalam kaitannya dalam pelaksanaan
kerja.
ü Metode
Peninjauan Lapangan
Pada
metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan membantu
para personalia dalam menilai.
ü Tes
dan Observasi Prestasi Kerja
Bila
jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja biasa didasarkan pada tes
pengetahuan dan ketrampilan. Agar berguna harus reliabel dan valid.
ü Metode
Evaluasi Kelompok
Penilaian
ini biasanya dilakukan oleh atasan langsung. Metode ini berguna untuk
pengambilan keputusan untuk menaikkan upah, promosi dan berbagai bentuk
penghargaan organisasional karena dapat menghasilkan rangking pegawai dari yang
terbaik dan yang terburuk.
2.
Metode-metode yang
berorientasi pada masa depan
Metode-metode yang berorientasi pada masa
depan terdiri dari:
ü Penilaian
Diri (Self Appraisal)
Teknik
evaluasi ini, berguna bila tujuan evaluasi adalah tujuan untuk melanjutkan
pengembangan diri.
ü Penilaian
Psikologis (Physicological Appraisal)
Penilaian
ini biasanya dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk menilai potensi
pegawai di waktu yang akan datang.
ü Pendekatan
Management By Objectives (MBO)
Pada pendekatan ini setiap pegawai dan atasan
secara bersama menetapkan tujuan-tujuan dan sasaran pelaksanaan kerja di waktu
yang akan datang.
ü Teknik
Pusat Penilaian
Bentuk
penilaian pegawai yang distandarisasikan dimana tergantung pada berbagai tipe
penilaian.
Menurut
Robert Bacal (Bacal, 2002:116), ada 3 (tiga) pendekatan yang paling sering
dipakai dalam penilaian prestasi kerja karyawan:
1. Sistem
Penilaian (Rating System).
Sistem
ini terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar karakteristik dan perilaku yang
akan dinilai dan sebuah skala ataupun cara lain untuk menunjukkan tingkat
kinerja dari tiap kegiatan pegawai. Perusahaan yang menggunakan sistem ini bertujuan untuk
menciptakan keseragaman dan konsistensi dalam proses penilaian prestasi kerja.
Kelemahan sistem ini adalah karena sangat mudahnya untuk dilakukan, para
manajerpun jadi mudah lupa mengapa mereka melakukannya.
2. Sistem
Peringkat (Ranking System).
Sistem
peringkat memperbandingkan karyawan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya:
total pendapatan ataupun kemampuan manajemen. Sistem ini hampir selalu tidak
tepat untuk digunakan, karena sistem ini mempunyai efek samping yang lebih
besar dari pada keuntungannya. Sistem ini memaksa karyawan untuk bersaing satu
sama lain dalam pengertian yang sebenarnya. Pada kejadian yang positif, para
karyawan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik dan menghasilkan lebih banyak
prestasi untuk bisa mendapatkan peringkat yang lebih tinggi. Sedangkan pada
kejadian yang negatif, para karyawan akan berusaha untuk membuat rekan sekerja
(pesaing)-nya menghasilkan kinerja yang lebih buruk dan mencapai prestasi yang
lebih sedikit dibandingkan dirinya.
3. Sistem
berdasarkan tujuan (object-based system).
Berbeda
dengan kedua sistem di atas, penilaian prestasi berdasarkan tujuan mengukur
kinerja seseorang berdasarkan standar ataupun target yang dirundingkan secara
perorangan. Sasaran dan standar tersebut ditetapkan secara perorangan agar
memiliki fleksibilitas yang mencerminkan tingkat perkembangan serta kemampuan
setiap karyawan.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi kerja adalah sebagai berikut :
« Faktor
Kemampuan.
Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan realiti (knowledge + skill).
Artinya, karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 - 120) dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu,
karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya
(the right man on the right place, the
right man on the right job).
« Faktor
Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja).
« Sikap
mental
Sikap
mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha
mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus
sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan,
dan situasi). Artinya, seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik,
memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan
dan menciptakan situasi kerja yang aman dan nyaman untuk sesama karyawan.
7.
Standar Penilaian Prestasi Kerja
Dalam
sebuah organisasi, penilaian prestasi kerja karyawan merupakan mekanisme
penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standar
prestasi kerja karyawan dan memotivasi kinerja karyawan dalam waktu tertentu.
Penilaian prestasi kerja berguna sebagai alat ukur untuk menentukan nilai
keberhasilan pelaksanaan tugas para karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka.
Penilaian
prestasi kerja karyawan menjadi dasar bagi keputusan-keputusan yang
mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi
kepegawaian lainnya. Penilaian prestasi kerja adalah sebagai salah satu fungsi
manajemen yang berusaha untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur seobjektif mungkin
hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima
pihak-pihak yang mengukur rencana.
Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara (2007:69),
terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan standar penilaian prestasi kerja
yaitu:
a.
Kualitas kerja yang meliputi ketepatan,
ketelitian, keterampilan serta kebersihan.
b.
Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin
(ekstra).
c.
Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan
yakni dapat tidaknya mengikuti instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian
serta kerajinan.
d.
Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan,
karyawan lain, pekerjaan serta kerjasama.
B.
Kepuasan
kerja
1.
Pengertian
kepuasan kerja
Kepuasan kerja pada
hakikatnya merupakan perasaan pegawai terhadap hasil yang diterimanya dalam
peruhasaan, berupa gaji, promosi dan bonus serta hal-hal lain yang berdampak
pada kejiwaan pegawai. Pewagai akan merasa puas terhadap pekerjaannya dalam
organisasi sangat tergantung pada memberlakuan yang atasan kepada pegawai yang
bersangkutan.
Menurut Robbins
(2001:179) menyatakan bahwa “ Kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya”. Menurut Handoko (2000:193) menyatakan bahwa kepuasan
kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa karyawan
harus ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan latar
belakang ketrampilannya. Menurut Davis (2002:105) menyatakan bahwa “ kepuasan
kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidak
menyenangkan pekerjaan mereka”.
Jadi kepuasan kerja
mengandung arti yang sangat penting, baik dari sisi pekerja maupun perusahaan
serta bagi masyarakat secara umum. Oleh karena itu maka menciptakan keadaan
yang bernilai positif dalam lingkungan kerja suatu perusahaan mutlak merupakan
kewajiban dari setiap jajaran pimpinan perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan menurut
Hasibuan (2005:202) menyatakan bahwa “ kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral
kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam
pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
v kepuasan kerja dalam
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan
memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya dari pada balas jasa
walaupun balas jasa itu penting.
v kepuasan diluar
pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang dinikmati diluar pekerjaan dengan
besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya, agar dia dapat
membeli kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasannya
diluar pekerjaan lebih mempersoalkan balas jasa dari pada pelaksanaan
tugas-tugasnya.
v Kepuasan kerja kombinasi
dalam dan luar pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap
emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.
Karyawan yang lebih menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan
akan merasa puas jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja menurut Effendy (2000:92) sebagai berikut :
a.
Upah
yang cukup
Upah yang cukup
untuk kebutuhan merupakan keinginan setiap karyawan. Untuk tercapainya hal
tersebut ada diantara para karyawan yang menggiatkan diri dalam bekerja atau
menambah pengetahuannya dengan mengikuti kursus.
b.
Perlakuan
yang adil
Setiap karyawan
ingin diperlakukan secara adil, tidak saja dalam hubungannya dengan upah,
tetapi juga dalam hal-hal lain, untuk dapat menciptakan persepsi yang sama
antara atasan dengan bawahan mengenai makna adil yang sesungguhnya, maka perlu
diadakan komunikasi yang terbuka antara mereka.
c.
Ketenangan
bekerja
Setiap karyawan
menginginkan ketenangan, bukan saja hubungannya dengan pekerjaan, tetapi juga
menyangkut kesejahteraan keluarganya.
d.
Perasaan
diakui
Pada setiap
karyawan terdapat perasaan ingin diakui sebagai karyawan yang berharga dan
sebagai anggota kelompok yang dihormati. Hal ini berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan diluar tugas pekerjaan, seperti : olah raga, kesenian dan
lain-lain.
e.
Penghargaan
atas hasil kerja
Para karyawan
menginginkan agar hasil karyanya dihargai, hal ini bertujuan agar karyawan
merasa senang dalam bekerja dan akan selalu bekerja dengan segiat-giatnya.
f.
Penyalur
perasaan
Perasaan
tertentu yang menghinggapi para karyawan bisa menghambat gairah kerja. Hal ini
dapat diatasi melalui komunikasi dua arah secara timbal balik.
3.
Aspek-aspek yang terdapat dalam kepuasan
kerja yaitu :
1. Kerja yang secara mental menantang
Kebanyakan Karyawan
menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi
dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan
akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran yang pantas,
Para karyawan menginginkan
sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan adil dan segaris
dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan
pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan standar pengupahan komunitas,
kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak
orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi
yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai
keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja.
Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang
dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan
berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan
status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang
mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and
just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung,
Karyawan peduli akan
lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai
keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu),
cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem
(terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan kerja yang mendukung,
Orang-orang mendapatkan
lebih dari pada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi
kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu
bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan
kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan
utama dari kepuasan.
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan,
Pada hakikatnya orang yang
tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka
pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang
tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih
besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses
ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang
tinggi dari dalam kerja mereka.
C.
Hubungan
kepuasan kerja terhadap peningkatan prestasi kerja
Kepuasan kerja pada
tingkat tertentu dapat mencegah karyawan untuk mencari pekerjaan diperusahaan
lain. Apabila karyawan di perusahaan tersebut mendapatkan kepuasan, karyawan
cenderung akan bertahan pada perusahaan walaupun tidak semua aspek-aspek yang
mempengaruhi kepuasan kerja terpenuhi. Karyawan yang memperoleh kepuasan dari
perusahaannya akan memiliki rasa keterikatan atau komitmen lebih besar terhadap
perusahaan dibanding karyawan yang tidak puas.
Kepuasan kerja akan
mendorong karyawan untuk berprestasi lebih baik. Prestasi yang lebih baik akan
menimbulkan imbalan ekonomi dan psikologis yang lebih tinggi. Apabila imbalan
tersebut dipandang pantas dan adil maka timbul kepuasan yang lebih besar karena
karyawan merasa bahwa mereka menerima imbalan sesuai dengan prestasinya.
Sebaliknya apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasi maka
cenderung timbul ketidakpastian.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
prestasi kerja adalah hasil kerja yang
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika”. Prestasi kerja pewagai perlu dinilai oleh atasan
sebagai penentu promosi jabatan, bonus dan gaji yang diterima pegawai
2.
kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana karyawan
memandang pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipahami bahwa karyawan harus ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan latar belakang ketrampilannya.
3.
Kepuasan
kerja sangat berhubungan dengan prestasi kerja dalam hal ini untuk meningkatkan
prestasi kerja pegawai.
B.
Saran
Kepuasan kerja harus
ditingkatkan dalam organisasi sebagai pendorong pewagai untuk meningkatkan
prestasi kerja agar tujuan perusahan dapat tercapai semaksimal mungkin.
16
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko
T.Hanif.1993. Manajemen Personalia dan
sumber Daya Manusia.Yogyakarta.
Handayaningrat.1992.Pengantar Ilmu Administrasi
dan Manajemen.Penerbit Gunung Agung, Jakarta.
Hasibuan,
Malayu.2005. Manajemen sumber Daya
Manusia (Edisi Revisi). Penerbit Bumi Aksara Jakarta.
Husnan,
Suad dan Ranupandojo, Heidrachman.1990. Manajemen
Personalia, Penerbit BPPE Yogyakarta.
Manullang.1990.
Dasar-Dasar Manjemen,.Ghalia
Indonesia Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar